Harga Cabai dan Bawang di Kalsel Terpantau Stabil dan Aman

By Ahmad Rajendra


Nusakini.com--Tapin--Harga sejumlah bahan pokok termasuk bawang dan cabai di Kalimantan Selatan masih dalam kisaran normal. Harga bawang putih sempat tinggi dikarenakan pasokan yang terbatas, namun sudah berangsur turun dengan mulai masuknya bawang putih impor pada minggu ini. Hal ini sesuai Menteri Pertanian untuk memastikan pasokan cabai bawang di semua provinsi aman selama bulan puasa dan Idul Fitri.

"Harga bawang putih sempat mencapai Rp 60 ribu per kg, harga bawang merah masih normal sekitar 26 ribu per kg. Harga cabai pun masih normal di tingkat pedagang 50 ribu per kg," ujar Kepala Bidang Pengolahan, Pemasaran dan Penyuluhan pada Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Kalsel, Kusmaryono. 

Menurut Kepala Bidang Hortikultura Propinsi Kalsel, Elliana, suplai cabai terpantau aman karena jumlah areal panen diperkirakan masih mencukupi, demikian juga stok aman.

"Pada pertanaman komoditas bawang merah terdapat sedikit masalah yaitu hanya ditanam oleh petani tertentu dikarena budidayanya yang cukup rumit. Kendala di bawang merah produksinya kurang tahan lama saat disimpan, dan apabila dikeringkan susutnya banyak, disinyalir karena minim zat kapur dan tanah yang masam," ujar Elliana.

Menurut Kepala Dinas DKP provinsi Kalsel, Suparno, "Pasar murah di wilayah Kalsel akan dilaksanakan pada 15 - 17 Mei mendatang berdasarkan hasil koordinasi Dinas Pangan dan DKP. Kendala di bawang putih, sempat mengalami kenaikan sampai Rp 80 ribu per kg di sebulan sebelum Ramadhan, seminggu atau minggu nanti pasti berangsur turun."

Harga cabai semua stabil karena terdapat dua dukungan pasokan dari Surabaya dan lokal. Cabai yang berasal dari Surabaya cenderung kurang pedas sedangkan masyarakat lebih menggemari cabai hiyung lokal yang rasanya lebih pedas.

"Bedanya, di sini cabai kering sudah menjadi alternatif pilihan warga, sehingga bisa disimpan lebih lama sebagai stok. Berbeda dengan bawang putih yang terkendala pada stok, bawang merah hanya permainan pedagang yang memanfaatkan kondisi seperti ini," lanjut Suparno.

Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tapin, Wagimin, cabai lokal tidak memiliki masalah ketersediaan mengingat luas pertanaman dan produksi masih mencukupi. Luas panen cabai hiyung ini mencapai 23 hektare cukup untuk persediaan bulan puasa dan lebaran. 

"Produktivitas cabai hiyung mencapai 8,6 ton per hektare sementara permasalahan hama dan penyakit (OPT) di lapangan tidak mengkhawatirkan," jelas Wagimin.

Kelompok Tani Karya Baru adalah kelompok olahan abon cabai hiyung. Beranggotakan 25 orang, melakukan pembelian cabai hiyung ketika panen raya dan harga jatuh sampai Rp 10 ribu per kg. Kelompok ini membeli seharga 25 ribu per kg. Akan tetapi jika harga normal Rp 35 ribu per kg, petani dipersilakan menjual ke pedagang seperti biasa. Cabai ini sangat disukai masyarakat Kalsel karena rasanya yang pedas.

"Cabai hiyung biasanya mulai panen pada Juni sampai November sehingga untuk mengisi pasar pada Desember hingga Mei dilakukan pertanaman di lahan kering. Walaupun mutunya tidak sebagus produksi di lahan rawa tetapi bisa diterima pasar dengan baik," tutup Wagimin.(R/Rajendra)